Profil

Daftar Kamituwo dan RT

# Dusun Nama Kamituwo RT Nama Ketua RT 1 BRUWOK NYIATIK 1 MARYONO 2 PADIANTO 3 SLAMET PUJIONO 4 SUYITNO 5 BUDIYANTO 6 TARNAIM 7 DAMIN 8 MUDIONO 9 YATMIN 2 BANGKLE MALIK AJI S. 10 SAIMO 11 ISWAHYUDI 12 DJONO 13 JOKO MARDI R. 14 SUMINO 15 WADIMAN 16 JOKO SANTOSO 17 PARDI 18 SAILAN 3 SUMBERAN JAMAN 19 BIANTO 20 MAIMUN 21 TARNO 22 AGUS SUNGKONO 23 PARMIN 4 PRANTI DARMANTO 24 SUPANDI 25 SUTOPO 26 DEVID ANGGA S. 27 ANDIK YULIANTO 28 TAMSIR 29 UTOMO 30 SAIDI 5 MEGURUN MUDJIONO 31 SUPONO 32 SARIDI 33 KARMAWAN 34 SUTIKNO 35 HERI SISWANTO 6 JOMBLANGSAMBI 36 PARDI 37 TUKMIN 38 SUTRISNO 39 DARMINTO

Daftar Kamituwo dan RT Read More »

Daftar Linmas

# Nama Dusun RT RW 1 MINARDI BRUWOK 1 1 2 PARDI BRUWOK 1 1 3 JAPAN BRUWOK 3 1 4 DAKUN BRUWOK 4 1 5 MARSILAN BRUWOK 4 1 6 KARIANTO BRUWOK 5 1 7 PAIRUN BRUWOK 7 1 8 DJADJO BANGKLE 10 2 9 KASIMIN BANGKLE 15 2 10 EDI SUPARTO BANGKLE 12 2 11 SUPARMIN BANGKLE 13 2 12 SUNARDI BANGKLE 15 2 13 SUPARLAN BANGKLE 18 2 14 DJAKIMO SUMBERAN 19 3 15 PANIRAN SUMBERAN 19 3 16 PUJI SUMBERAN 20 3 17 SAWIT SUMBERAN 20 3 18 SUMADI SUMBERAN 20 3 19 DJANI SUMBERAN 21 3 20 SAGI SUMBERAN 23 3 21 LAMIRAN SUMBERAN 26 3 22 EDI SUPRIYANTO PRANTI 27 4 23 SUKADI PRANTI 27 4 24 PRAYITNO PRANTI 28 4 25 MULYONO PRANTI 29 4 26 SUKADI PRANTI 29 4 27 DAMIN PRANTI 33 4 28 MARIMIN MEGURUN 33 5 29 SAMPER MEGURUN 34 5 30 SEMI MEGURUN 35 5 31 DASIM MEGURUN 37 5 32 SARDIANTO MEGURUN 37 5 33 SUMIRAN MEGURUN 38 5 34 DARMINTO JOMBLANGSAMBI 39 6

Daftar Linmas Read More »

Dusun Jomblang Sambi

Sejarah Dusun Jomblang Sambi terletak paling jauh dari pusat desa Klumutan, di tengah hutan yang terpisah dari dukuh lainnya. Saat pembukaan lahan, ditemukan dua kubangan besar yang dikelilingi pohon kesambi. Wilayah ini dinamai Jomblang Kesambi, dari kata “jomblang” yang berarti kubangan dan “kesambi” dari nama pohon. Untuk mempersingkat, wilayah ini dikenal sebagai dusun Jomblang Sambi. Penduduknya bergantung pada pertanian dan hasil hutan, menjadi pengelola lahan hutan atau pesanggem dengan sistem tanam tadah hujan. Peternakan sapi dan kambing juga menjadi penopang utama ekonomi masyarakat Jomblang Sambi.

Dusun Jomblang Sambi Read More »

Dusun Sumberan

Sejarah Pengembangan wilayah dari Pranti meluas ke barat daya, di mana ditemukan sumber mata air besar dan jernih yang digunakan oleh para pembuka lahan. Wilayah ini kemudian dinamai Sumberan, dari istilah sumber air yang selalu mengalir. Mayoritas penduduknya bertani dan berwirausaha, dengan pertanian yang lebih menonjol karena kedekatan dengan sumber air.

Dusun Sumberan Read More »

Dusun Bruwok

Sejarah Pembukaan lahan di wilayah Bruwok dilakukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Wilayah ini terletak di selatan sungai. Nama Bruwok diberikan oleh Mbah Tumpak, seorang penduduk setempat yang menemukan tembakau yang hilang dan rusak di atas batu besar yang disebut batu Gilang. Dalam bahasa Jawa, tembakau yang rusak tersebut tampak seperti “rewok-rewok,” sehingga wilayah ini dinamai Bruwok. Dusun Bruwok sangat cocok untuk bertani karena dekat dengan aliran sungai. Penduduknya mengandalkan pertanian dan usaha berbasis lauk-pauk, khususnya pengelolaan tempe dan tahu. Usaha ini sudah terkenal hingga tingkat kabupaten dan menjadi andalan ekonomi desa.

Dusun Bruwok Read More »

Dusun Bangkle

Sejarah Setelah pembukaan lahan di Pranti oleh Mbah Branti, pertumbuhan penduduk mendorong pembukaan lahan baru di sebelah selatan Pranti. Di wilayah baru ini, banyak ditemukan tanaman bangle, sejenis tanaman obat. Oleh karena itu, wilayah ini dinamai Bangkle dan kemudian dikenal sebagai dusun Bangkle. Selama hampir dua abad, masyarakat dusun Bangkle fokus pada pertanian dan wirausaha. Tanaman bangle yang berkhasiat untuk obat-obatan dimanfaatkan untuk ramuan jamu dan bumbu masak. Dengan posisinya yang strategis di tengah desa, dusun Bangkle menjadi pusat perekonomian, dibuktikan dengan adanya pasar desa di wilayah ini yang menjadi pusat kegiatan ekonomi.

Dusun Bangkle Read More »

Dusun Pranti

Sejarah Dusun Pranti merupakan wilayah pertama yang dibuka di daerah Madiun Timur. Pembukaan lahan ini dimulai oleh seorang prajurit dari Perang Diponegoro bernama Mbah Branti, yang melarikan diri setelah Pangeran Diponegoro dan Panglima Perang Sentot Alibasah Prawirodiredjo ditangkap oleh Belanda. Untuk menghindari pengejaran pasukan Belanda, Mbah Branti membuka lahan di dekat sungai agar memiliki akses ke sumber air. Kabar pembukaan lahan oleh Mbah Branti menarik pasukan Diponegoro lainnya yang juga sedang dalam pelarian. Mereka bergabung dan membuka lahan di sekitar Mbah Branti, membentuk kelompok masyarakat yang menetap di wilayah tersebut. Nama Pranti dipilih berdasarkan nama Mbah Branti sebagai penghormatan kepada pembuka lahan pertama. Seiring perkembangan pemerintahan di Indonesia, wilayah ini kemudian dikenal sebagai Dusun Pranti. Dengan mayoritas penduduk yang bertani dan beternak, Dusun Pranti mengalami perkembangan pesat selama hampir dua abad, dengan populasi sekitar 1500 orang dan ekonomi yang berorientasi pada usaha dan pertanian, seperti mebel, produksi tahu, tempe, dan roti.

Dusun Pranti Read More »

Struktur Organisasi

Nama Jabatan No. HP Agus Proklamanto Kepala Desa 0852 3395 3846 Nanik Kartilah Sekretaris Desa 0857 4888 3598 Endah Istama Kaur Keuangan 0815 5941 994 Muhlis Arifien, S.Sos Kaur Umum dan Perencanaan 0857 9097 7815 Aris Januriyadi Kasi Pemerintahan 0821 3296 1341 Parmin Kasi Kesejahteraan dan Pelayanan 0857 3565 5162 Suparno Staf Kasi Kesejahteraan dan Pelayanan 0823 3024 9172 Nyiatik Kamituwo Dusun Bruwok 0821 3989 7488 Malik Aji Saputro Kamituwo Dusun Bangkle 0822 3408 6535 Jaman Kamituwo Dusun Sumberan 0877 0028 8316 Darmanto Kamituwo Dusun Pranti 0856 4973 9996 Mudjiono Kamituwo Dusun Megurun 0878 3032 7204 Roh Aniati Kamituwo Dusun Jomblangsambi 0813 5919 9259 Djoko Wahono Pembantu Kantor Desa 0821 4240 6428 Lina Purwani Karyawan Desa 0821 4413 4018

Struktur Organisasi Read More »

Profil Desa

Sejarah Desa Klumutan Pembukaan wilayah Klumutan dimulai pada masa penjajahan Belanda yang berlangsung selama 350 tahun di Indonesia. Pada periode 1825 hingga 1830, Pangeran Diponegoro memimpin perjuangan melawan Belanda selama lima tahun. Setelah kalah, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Makassar hingga akhir hayatnya. Situasi kacau ini menyebabkan sebagian besar pasukan yang pernah dipimpin oleh Panglima Perang Sentot Alibasah Prawiro Dirjo bergerak ke arah timur, tepatnya ke wilayah Madiun di Jawa Timur. Pada masa itu, wilayah Madiun sebagian besar masih berupa hutan belantara. Pasukan Pangeran Diponegoro yang melarikan diri mulai membuka lahan hutan untuk tempat tinggal. Salah satu pasukan tersebut, Mbah Branti, berasal dari Grobogan, Jawa Tengah. Ia memulai pembukaan lahan di wilayah timur Madiun, dekat dengan sumber mata air. Setelah lahan cukup terbuka, para pejuang lainnya dari pasukan Panglima Sentot turut membuka lahan di sekitar tempat Mbah Branti. Kelompok ini kemudian menamai daerah tempat tinggal mereka sebagai Pranti, yang diambil dari nama Mbah Branti, yang sekarang dikenal sebagai Dukuh Pranti. Pembukaan lahan dilanjutkan ke arah selatan, menemukan hamparan lahan luas dengan banyak tanaman Bangle. Lahan baru ini kemudian dinamai Blok Bangkle, yang sekarang menjadi Dukuh Bangkle. Lahan terus dibuka ke arah selatan, menemukan sumber air besar yang digunakan sebagai sumber air minum. Blok ini dinamai Blok Sumberan, yang sekarang dikenal sebagai Dukuh Sumberan. Pembukaan lahan berlanjut ke arah timur, menyusuri hulu sungai. Ditemukan keanehan di sungai yang aman, dalam, dan tidak pernah mengalami pendangkalan. Sungai bawah tanah ini mengarah ke selatan dan terhubung dengan sungai di Sidorejo. Hulu sungai bawah tanah yang berbentuk seperti mulut gua atau “krowok” dalam bahasa Jawa ini kemudian dinamai Blok Krowok, yang sekarang menjadi Dukuh Bruwok. Penyisiran lahan dilanjutkan ke timur, menemukan dua kubangan atau “jomblangan” yang dikelilingi tanaman kesambi. Daerah ini dinamai Jomblang Kesambi, yang sekarang disebut Jomlangsambi. Di wilayah hutan yang gersang atau lahan kering, sekelompok orang membuka lahan untuk pertanian dengan menanam tanaman pangan seperti umbi-umbian karena jauh dari sumber air. Di antara kelompok tersebut, terdapat seseorang yang memiliki keahlian atau kesaktian khusus, sehingga banyak orang belajar ilmu padanya atau “merguru” dalam bahasa Jawa. Tempat ini dinamai Perguruan atau Merguru, yang sekarang menjadi Dukuh Megurun. Seiring berjalannya waktu, beberapa blok lahan tersebut digabung menjadi satu wilayah yang kemudian dinamai Lumutan. Nama ini diambil dari karakteristik lahan yang banyak ditumbuhi lumut, khususnya di daerah hamparan sungai. Hingga kini, wilayah tersebut dikenal sebagai Desa Klumutan. Potensi Sumber Daya Alam 1. Pertanian Desa Klumutan memiliki 2148 keluarga yang memiliki lahan pertanian. Tanaman pangan yang dihasilkan meliputi padi sawah, padi ladang, cabai, dan singkong. Selain itu, komoditas buah-buahan yang ditanam mencakup pisang, pepaya, dan mangga. 2. Perkebunan Sebanyak 2148 keluarga juga memiliki lahan perkebunan. Komoditas utama perkebunan di desa ini adalah pisang, jagung, dan singkong. Pengelolaan Limbah dan Sampah Jenis sampah yang ada di Desa Klumutan meliputi sampah organik, non-organik, dan limbah industri (tahu). Sampah organik diolah dengan cara dibakar, sementara sampah non-organik (plastik) dijual atau dibakar. Limbah ampas tahu digunakan sebagai pakan ternak, namun limbah air rebusan tahu dibuang ke sungai. Sumber Daya Air Sumber air bersih di Desa Klumutan berasal dari 3 mata air yang digunakan oleh 2399 KK, serta 2080 sumur gali yang dimanfaatkan oleh 2080 KK. Sungai di desa ini berfungsi sebagai irigasi untuk sawah, namun kondisi sungai cukup dangkal dan tercemar. Desa Klumutan juga diberkahi dengan sumber mata air bernama Moho, yang airnya layak dikonsumsi setelah mendapatkan pengecekan setiap bulan. Sumber air ini menjadi salah satu sumber kehidupan penting bagi masyarakat desa. Desa Klumutan juga sudah berlangganan air PDAM. Terdapat dua PDAM dengan total pelanggan mencapai 400 KK. Penggunaan Energi Warga Desa Klumutan menggunakan listrik dari PLN. Untuk keperluan memasak, mereka menggunakan kayu bakar dan LPG. Sarana transportasi yang dimiliki meliputi kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor. Kesehatan Lingkungan Penyakit yang umum diderita di Desa Klumutan adalah DBD, stroke, dan flu. Fasilitas kesehatan masih kurang memadai, dengan tidak adanya puskesmas, hanya pos pelayanan kesehatan dan posyandu di setiap dusun. Bagi warga tidak mampu, disediakan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) untuk mendapatkan layanan kesehatan gratis melalui anggaran APBD Kabupaten Madiun. Selain itu, terdapat program Jamkesmas dan BPJS. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Desa Klumutan kebanyakan memeluk agama Islam, dengan sebagian kecil menganut agama Kristen. Tradisi lokal seperti nyadran (bersih desa), slametan, wayangan, dan gambyong masih dipertahankan. Sarana dan Prasarana Desa Klumutan memiliki berbagai sarana dan prasarana, termasuk balai desa yang berfungsi sebagai gedung serbaguna, lapangan voli, dan sepak bola. Terdapat polindes (pondok bersalin desa) di Dusun Sumberan. Di bidang pendidikan, terdapat 5 sekolah dasar, 2 TK, dan 2 PAUD. Terdapat pula 6 masjid dan beberapa mushala. Tata Pemerintahan Desa Klumutan dipimpin oleh Kepala Desa yang dibantu oleh Sekretaris Desa, Kepala Urusan Pemerintah, Pembangunan, Ekonomi, Kesejahteraan Rakyat, Umum, dan Keuangan, serta Kepala Dusun dan Kasiat Linmas. Desa ini memiliki 6 RW dan 39 RT. Lembaga lain yang berperan adalah BPD (Badan Permusyawaratan Desa), LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), PKK, dan Karang Taruna. Desa Klumutan terdiri dari 6 dusun: Sumberan, Bangkle, Bruwok, Megurun, Pranti, dan Jomblangsambi.

Profil Desa Read More »